Fenomena ketimpangan dalam akses pendidikan hingga kini terus muncul di berbagai daerah, termasuk di Kota Pangkalpinang. Salah satu bentuk ketimpangan tersebut terlihat dari konsentrasi pendaftar pada sekolah-sekolah yang dianggap “favorit” sehingga memunculkan ketidakseimbangan distribusi peserta didik antarsekolah menengah pertama (SMP).
Tujuh dari sepuluh SMP negeri di Pangkalpinang mengalami kelebihan pendaftar. Hal ini berdampak pada tiga sekolah lainnya yang justru mengalami kekurangan pendaftar (Bangka Pos, 2025). Kondisi ini menunjukkan adanya preferensi masyarakat yang kuat terhadap sekolah tertentu yang dianggap lebih bergengsi atau lebih menjamin kualitas pendidikan.
Pada umumnya sekolah favorit memiliki modal sosial, modal ekonomi, dan modal simbolik yang kuat. Modal-modal tersebut dapat terlihat dari fasilitas yang lengkap, reputasi akademik yang baik, serta tenaga pendidik yang dinilai lebih berkualitas. Mengutip jurnal berjudul "Modal Sosial, Kultural, dan Simbolik sebagai Representasi Pelanggengan Kekuasaan" dalam Novel The President Karya Mohammad Sobary (Kajian Pierre Bourdieu), pandangan Bourdieu tentang modal simbolik menunjukkan bahwa prestise, yang terwujud dalam barang, atribut, atau status tertentu, mampu memberikan keuntungan sosial bagi individu atau kelompok.
Hal ini relevan dengan kondisi sekolah yang memiliki modal simbolik tinggi karena sekolah semacam itu lebih diminati dan dianggap mampu memberikan legitimasi sosial yang lebih besar bagi siswanya. Sebaliknya, sekolah yang dianggap kurang prestisius cenderung menjadi pilihan terakhir bagi calon peserta didik. Situasi ini dapat mempertebal stratifikasi antarsekolah dan memperlebar kesenjangan kualitas pendidikan.
Fenomena ini tidak dapat dipandang semata sebagai persoalan administratif, melainkan sebagai bagian dari proses reproduksi ketimpangan sosial dalam sistem pendidikan. Teori konflik yang dikembangkan oleh Randall Collins memandang bahwa pendidikan sebagai institusi tidak sepenuhnya netral.
Sering kali pendidikan justru mereproduksi serta mempertahankan struktur sosial yang telah ada, salah satunya hierarki status antar kelompok. Sekolah favorit di Kota Pangkalpinang, misalnya, dengan segala modal yang dimiliki, secara tidak langsung menjadi simbol dominasi sosial yang menciptakan batas baru antara mereka yang memiliki akses terhadap pendidikan bermutu dan mereka yang tidak.
Laporan Kemendikbudristek mengenai Evaluasi PPDB 2023 menunjukkan bahwa sekitar 40–60% sekolah negeri di wilayah perkotaan mengalami kelebihan pendaftar, sementara sekolah dengan fasilitas terbatas cenderung kekurangan pendaftar. Hal serupa disebutkan oleh Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) pada 2023, bahwa satu dari tiga SMP negeri di Indonesia masih terkendala dalam pemenuhan standar sarana dan prasarana minimal. Sekolah dengan fasilitas lengkap lebih diminati oleh calon siswa, yakni sekitar 37%. Data ini memperlihatkan bahwa ketimpangan modal sekolah berperan besar dalam menentukan minat masyarakat dan memperkuat stratifikasi pendidikan.
Masalah yang kompleks ini memerlukan penanganan yang komprehensif. Langkah awal yang dapat dilakukan adalah pemerataan sumber daya pendidikan, terutama untuk sekolah-sekolah yang selama ini minim peminat. Langkah berikutnya meliputi peningkatan kompetensi guru, penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, serta penguatan kualitas manajemen sekolah.
Reproduksi ketimpangan yang terjadi melalui keberadaan sekolah favorit di Pangkalpinang menjadi pengingat bahwa pendidikan tidak semata ruang pembelajaran, melainkan juga arena kontestasi sosial. Ketidakmerataan akses pendidikan akan berdampak pada kesempatan siswa untuk berkembang secara optimal.
Oleh karena itu, pendistribusian kesempatan pendidikan yang lebih egaliter bukan hanya tanggung jawab lembaga pendidikan, melainkan juga tanggung jawab pemerintah serta masyarakat secara keseluruhan. Sistem pendidikan di Pangkalpinang dapat berkembang menjadi lebih inklusif, setara, dan memberi peluang yang sama bagi seluruh peserta didik—bukan hanya mereka yang beruntung mendaftar di sekolah favorit—apabila seluruh langkah perbaikan dijalankan dengan baik.
Penulis: Fitri Evilia
Editor: Nayla Azaria