Indonesia kini berada di persimpangan krusial dalam perjalanan ekonominya. Meskipun laju pertumbuhan stabil di angka 5,05% pada triwulan II 2024, namun tantangan besar menanti di depan. Salah satu tantangan yang mencolok adalah merosotnya kelas menengah hingga 20% dalam 6 tahun terakhir. Dampaknya terasa nyata pada daya beli masyarakat, yang mengancam stabilitas ekonomi jangka panjang. Bisnis yang bergantung pada konsumsi kelas menengah kini menghadapi penurunan pendapatan, sehingga berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, kebijakan penghematan yang diterapkan pemerintah Presiden Prabowo Subianto, seperti pemadaman listrik di gedung pemerintah mulai pukul 16.00, memicu protes dan kekhawatiran terkait efisiensi birokrasi. Langkah ini bertujuan untuk mengalihkan dana ke Program Makanan Sekolah Gratis senilai 32 Miliar dolar AS. Namun, dampaknya terhadap sektor pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan umum perlu dikaji lebih dalam.
Pemerintah juga berencana membangun kilang minyak dengan kapasitas total 1 juta barel per hari guna mengurangi ketergantungan pada impor energi. Namun, proyek ambisius ini memerlukan perencanaan matang agar tidak memperburuk beban fiskal, terutama di tengah penurunan penerimaan pajak sebesar 30% dalam 2 bulan pertama tahun ini.
Dari sisi politik, wacana yang memungkinkan personel militer menduduki jabatan sipil menimbulkan kekhawatiran akan kembalinya dominasi militer dalam pemerintahan. Meski ada syarat pengunduran diri dari dinas militer sebelum menjabat, pengawasan ketat tetap diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan.
Secara keseluruhan, Indonesia perlu menyeimbangkan ambisi pembangunan dengan stabilitas sosial-ekonomi. Pemerintah harus bijak dalam menerapkan kebijakan yang berdampak luas, memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat.
Penulis: Bayu
Editor: Nayla Azaria
