Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Festival Kolaborasi Muang Jong Desa Keciput Resmi Digelar: Warisan Budaya dari Pesisir Untuk Nusantara

Rabu, 08 Oktober 2025 | Oktober 08, 2025 WIB Last Updated 2025-10-08T22:52:47Z

 

Dokumentasi Tamu Undangan Pembukaan Festival Muang Jong di Desa Keciput, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung pada Rabu, (1/10). Sumber Foto: Pajar/Alternatif 

LPM Alternatif, Tanjung Kelayang — Festival Muang Jong di Desa Keciput resmi dibuka pada Rabu, (1/10) di Pendopo Tanjung Kelayang, Desa Keciput, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung. Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara Pemerintah Desa, Karang Taruna, Pokdarwis, Pramuka Kabupaten, serta mahasiswa/i KKN-T Universitas Bangka Belitung.


Festival Muang Jong menjadi agenda tahunan masyarakat Desa Keciput sebagai ungkapan rasa syukur atas melimpahnya hasil laut. Tradisi ini lahir dari kearifan lokal masyarakat pesisir yang sebagian besar menggantungkan hidup pada sektor perikanan. 


Rangkaian kegiatan festival berlangsung mulai 1 hingga 8 Oktober, dengan berbagai perlombaan dan kegiatan budaya. Puncak acara akan digelar pada Kamis (9/10) melalui pelaksanaan ritual adat Muang Jong, yang menjadi simbol penghormatan masyarakat pesisir terhadap laut sebagai sumber kehidupan.


Pembukaan Festival berlangsung meriah dan dihadiri oleh Sekretaris Daerah, Kepala Desa Keciput, Dinas Pendidikan, serta sejumlah tamu undangan penting lainnya. Acara dibuka dengan tarian,  pembacaan doa, sambutan, serta pemukulan gong sebagai tanda dimulainya festival secara simbolis.


Kepala Desa Keciput, Pratiwi Peruncha, dalam sambutannya menyampaikan bahwa festival ini merupakan kegiatan untuk anak muda di Desa Keciput. Harapannya, mereka yang jarang terlihat dapat berperan aktif sebagai panitia dan untuk masyarakat yang lebih tua akan berperan pentting dalam pelaksanaan ritual adat.


Kepala Desa Keciput, Pratiwi Peruncha, dalam sambutannya menyampaikan bahwa festival ini merupakan ajang bagi anak muda untuk berkreasi dan berpartisipasi aktif.


“Harapannya, anak-anak muda yang jarang terlibat dapat ikut berperan sebagai panitia dan masyarakat yang lebih tua akan berperan penting dalam pelaksanaan ritual adat,” ujarnya.


Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Belitung dalam sambutannya mengapresiasi terselenggaranya acara tersebut.

“Saya sangat senang, walaupun di tengah isu efisiensi, Desa Keciput tetap mampu menggelar Festival Muang Jong berkat berbagai bantuan dari pihak ketiga. Semoga pariwisata desa ini dapat terus berkembang dan maju dari tahun ke tahun,” ujarnya.


Festival ini juga dimeriahkan dengan berbagai lomba menarik seperti lomba ngume yang bertujuan melestarikan Bahasa Belitung, lomba fashion show, serta kegiatan budaya lainnya. Tak hanya itu, sekitar 100 pelaku UMKM turut membuka stan selama festival berlangsung, menambah semarak suasana sekaligus mendukung perekonomian masyarakat lokal.


Wawancara Eksklusif: Di Balik Pelaksanaan Festival Muang Jong

Mahasiswi KKN-T UBB Desa Keciput, Indira dan Anesti, berkesempatan mewawancarai sejumlah pihak yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan Festival Muang Jong.


Indira: Apa harapan utama Ibu dengan dibukanya Festival Muang Jong tahun ini?


Kak Ocha (Kepala Desa): Harapan pertama, semoga kegiatan sukses dan dengan adanya festival muang jong, orang dapat mengenal lebih tentang Desa Keciput bahwa di Desa ini terdapat Ritual adat istiadat yang mungkin tidak banyak orang tahu karena selama ini orang hanya tau Selamat Laut dan Muang Jong itu milik suku sawang, nah dengan adanya Festival ini artinya kita mengenalkan kepada khayalak ramai bahwa di Keciput itu tidak hanya wisata alam, wisata bahari tetapi juga wisata ritual adat dan budaya. Di satu sisi juga, festival ini menjadikan suatu pembelajaran untuk generasi muda keciput bahwa mereka harus lebih berbangga diri untuk menjaga tradisi, artinya tradisi yang lama itu bisa kita bangkitkan menjadi sebuah terobosan kegiatan yang positif untuk kawan-kawan.


Indria: Menurut Ibu, apa makna Festival Muang Jong bagi masyarakat Desa Keciput?


Kak Ocha (Kepala Desa): Makna dari Festival Muang Jong bagi masyarakat Desa Keciput, mungkin bisa kita kepoin dari Muang Jong dulu karena selama ini orang mikirnya bahwa muang jong ini adalah tradisi yang musyrik atau syrik karena kenapa sih manusia harus mengasih persem ahan laut, apa sih yang dipuja? Padahal ini isi dari tradisi Muang Jong sendiri itu pertama adalah sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih kita kepada sang pencipta dengan cara berbagi rezeki karena memang selama ini masyarakat Desa Keciput diberi rezeki melalui lautan nah untuk itu sebagai bentuk suka citanya kita berbagi rezeki juga dari daratan ke lautan sehingga bentuk sedekah itu busa berlipat ganda untuk para nelayan itu sendiri. Kedua, dari sisi alamnya, pada saat tradisi muang jong itu masyarakat pelaut tidak boleh memancing atau kelaut selama kurang lebih minimal tiga hari dengan adanya tradisi itu secara tidak langsung, tradisi ini mengajarkan bahwa kita harus kadang kala berhenti beraktivitas biar hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan seperti karang dan lainnya di lautah itu bisa beranak-pinak jadi tidak harus serta merta dibabat habis jadi tradisi muang jong ini jika kita lihat dari sisi positifnya banyak sekali hal-hal yang kita ambil sedangkan dibalut dengan festival ini sendiri sebagai terobosan baru yang membuat Muang Jong ini bisa dinikmati sebagai hiburan jadi tidak hanya kesakralannya tapi juga hiburan dab ekonomi masyarakatnya, gotong royong masyarakatnya bahkan unjuk bakatnya bisa kita bisa kita tuangkan dan kita tunjukkan di festival ini.


Indira: Sejauh ini, dukungan pihak mana saja yang paling berperan dalam terselenggaranya acara ini? 


Kak Ocha (Kepala Desa): Pihak-pihak yang berperan untuk festival ini mungkin banyak sekali seperti gotong royong masyarakat, gotong royong dari pemerintah desa dan dari anak-anak mudanya dari tokoh agama, tokoh masyarakat bahkan dari teman-teman KKN UBB pun ikut serta artinya partisipasinya cukup antusias dalam membantu kegiatan ini sebagai kepanitiaan begitu juga dinas-dinas terkait, sponsor-sponsor terkait itu sangat mendukung sekali jadi pada intinya semua pihak sangat terlibat sekali dalam kegiatan ini. 


Ketua Pelaksana Festival Muang Jong 

Anesti: Bagaimana proses persiapan yang dilakukan  panitia hingga festival ini bisa resmi digelar?


Ferdy: Persiapan acara sudah dimulai dari dua bulan sebelum pelaksanaan.  Dimulai dari pembentukan panitia, pembuatan properti, hingga pengurusan berbagai perizinan seperti surat ke pihak desa, polsek, polres dan dinas terkait seperti Dinas Pariwisata. Kami juga menyiapkan kupon masuk dan mengurus izin penggunaan pendopo sebagai lokasi kegiatan. Setelah itu kami juga berdiskusi dengan para tetua adat untuk memastikan bahwa selutuh kegiatan, termasuk pembuatan kapal tidak bertentangan dengan adat yang ada.. Pembuatan properti dimulai sekitar dua minggu sebelum acara, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan brosur.Tahun ini, terdapat sekitar 90 tenda UMKM yang ikut berpartisipasi. Kami juga dibantu oleh mahasiswa KKN dari Universitas Bangka Belitung yang turut berkontribusi dalam penyelenggaran Festival Muang Jong 2025 ini.


Anesti: Apa yang ingin ditunjukkan Karang Taruna melalui keterlibatan dalam festival ini?


Ferdy: Karang Taruna di sini kan anggotanya kebanyakan masih remaja. Lewat Festival Muang Jong yang merupakan warisan budaya turun-temurun, kami ingin mengenalkan sekaligus menanamkan nilai-nilai adat kepada generasi muda. Harapannya, mereka bisa menjadi penerus para tetua dan memahami makna tradisi yang ada di Desa Keciput. Jadi, keterlibatan ini bukan hanya sekadar kegiatan seru, tapi juga bentuk pembelajaran agar generasi muda lebih menghargai dan menjaga warisan leluhur mereka.


Anesti: Apakah ada tantangan selama persiapan festival?


Ferdy:  Ada, salah satunya terkait pementasan drama. Awalnya sempat terjadi perbedaan pendapat dengan ketua adat karena mungkin kita sedikit melanggar adat yang ada di Belitung, terutama di Desa Keciput. Namun, setelah dilakukan diskusi dan negosiasi, akhirnya tercapai kesepakatan bersama agar kegiatan tetap berjalan dengan baik tanpa menyinggung nilai-nilai adat maupun masyarakat.


Mahasiswi KKN-T UBB

Selanjutnya, Indira mewawancarai Anesti, temannya dari Program Studi Sosiologi, yang juga merupakan mahasiswi KKN-T Universitas Bangka Belitung (UBB) dan terlibat langsung dalam pelaksanaan Festival Muang Jong 2025 di Desa Keciput.


Indira: Apa bentuk kontribusi mahasiswa KKN dalam persiapan Festival Muang Jong?


Anesti: Pertama, kami berkontribusi dalam penyusunan tema acara dikarenakan Desa Keciput merupakan desa wisata bahari, maka tema yang diangkat untuk Festival Muang Jong 2025 adalah “Warisan Budaya Pesisir untuk Nusantara.” Kedua, kami melakukan promosi digital melalui media sosial seperti Instagram dan TikTok untuk memperkenalkan festival ini dengan membuat konten video menarik dan mengikuti tren terkini Ketiga, berkontribusi dengan tenaga dan ide untuk properti acara bernuansa laut. Keempat, mempersiapkan script drama hikayat adat istiadat budaya dari pesisir Utara Belitung dan musikalisasi puisi bertema bullying.


Indira: Harapan apa yang ingin dibawa mahasiswa KKN untuk masyarakat melalui festival ini?


Anesti: kami berharap masyarakat Desa Keciput dapat mempererat tali persaudaraan dan kebersamaan melalui festival ini dan lebih sadar akan budaya lokal setempat agar dapat dipertahankan dari satu generasi ke generasi lain untuk masa yang akan datang. 


Pelaku UMKM

Setelah itu, Indira dan Anesti berkesempatan mewawancarai salah satu pelaku UMKM, yakni Ria, yang datang jauh-jauh dari Belitung Timur untuk turut memeriahkan festival di Tanjung Kelayang.


Indira: Menurut kakak sendiri, seberapa besar potensi Festival Muang Jong 2025, dan bagaimana festival ini bisa mendukung UMKM lokal?


Ria: Untungnya kalau ada acara seperti ini, terutama Festival Muang Jong, warung kami jadi ramai dan dikenal banyak orang, bahkan dari luar daerah. Jadi bisa menambah pelanggan dan meningkatkan penjualan. Selain itu, acaranya juga bagus dan menarik perhatian pengunjung, jadi membawa dampak positif untuk UMKM seperti kami.


Indira: Apa harapan kakak sebagai salah satu UMKM yang ada di sini? 


Ria: Harapannya, semoga acara seperti ini terus ada. Festivalnya sudah bagus karena banyak lomba dan hiburannya juga menarik. Jadi masyarakat penasaran, datang untuk menonton, sekaligus bisa melihat dan membeli produk UMKM yang ada di sini.


Dengan terselenggaranya Festival Muang Jong Kolaborasi Desa Keciput 2025, diharapkan masyarakat akan semakin menghargai dan melestarikan tradisi pesisir yang telah diwariskan secara turun-temurun.


Reporter: Indira Khofifah, dan Anesti Yulistira

Penulis: Pajar Supianysah

Editor: Anggie Tri Syafitri



×
Berita Terbaru Update